Selasa, 27 Januari 2015

Dinar Dan Dirham, Prospek Di tahun 2015

Sejarah Singkat Dirham dan Dinar




Pada masa awalnya Muslimin menggunakan emas dan perak berdasarkan beratnya dan Dinar Dirham yang digunakan merupakan cetakan dari bangsa Persia. 

Koin awal yang digunakan oleh Muslimin merupakan duplikat dari Dirham perak Yezdigird III dari Sassania, yang dicetak dibawah otoritas Khalifah Uthman, radiy’allahu anhu. Yang membedakan dengan koin aslinya adalah adanya tulisan Arab yang berlafazkan “Bismillah”. Sejak saat itu tulisan “Bismillah” dan bagian dari Al Qur’an menjadi suatu hal yang lazim ditemukan pada koin yang dicetak oleh Muslimin. 

Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa standar dari koin yang ditentukan oleh Khalif Umar ibn ak-Khattab, berat dari 10 Dirham adalah sama dengan 7 Dinar (1 mithqal). Pada tahun 75 Hijriah (695 Masehi) Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj untuk mencetak Dirham untuk pertama kalinya, dan secara resmi beliau menggunakan standar yang ditentukan oleh Khalifah Umar ibn Khattab. Khalif Abdalmalik memerintahkan bahwa pada tiap koin yang dicetak terdapat tulisan: “Allahu ahad, Allahu samad”. Beliau juga memerintahkan penghentian cetakan dengan gambar wujud manusia dan binatang dari koin dan menggantinya dengan huruf-huruf. 

Perintah ini diteruskan sepanjang sejarah Islam. Dinar dan Dirham biasanya berbentuk bundar, dan tulisan yang dicetak diatasnya memiliki tata letak yang melingkar. Lazimnya di satu sisi terdapat kalimat “tahlil” dan “tahmid”, yaitu, “La ilaha ill’Allah” dan “Alhamdulillah” sedangkan pada sisi lainnya terdapat nama Amir dan tanggal pencetakkan; dan pada masa masa selanjutnya menjadi suatu kelaziman juga untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah, salallahu alayhi wa salam, dan terkadang, ayat-ayat Qur’an. 

Koin emas dan perak menjadi mata uang resmi hingga jatuhnya kekhalifahan. Sejak saat itu, lusinan mata uang dari beberapa negara dicetak di setiap negara era paska kolonialisme dimana negara negara tersebut merupakan pecahan dari Dar al Islam. 

Sejarah telah membuktikan berulang kali bahwa uang kertas telah menjadi alat penghancur dan menjadi alat untuk melenyapkan kekayaan uamt Muslim. Perlu diingat bahwa Hukum Syariah Islam tidak pernah mengizinkan penggunaan surat janji pembayaran menjadi alat tukar yang sah

Prospek Dinar Dan Dirham di 2015
Kilau koin emas (dinar) dan koin perak (dirham) diprediksi akan bersinar di tahun 2015 ini. Ekspektasi akan naiknya permintaan emas global sebagai komoditas safe haven menjadi sentimen utama yang bisa menopang instrumen investasi alternatif ini. 
Praktisi Investasi Dinar-Dirham, Endy Kurniawan mengatakan, harga dua komoditas ini akan lebih baik jika dibandingkan tahun lalu. Hal ini terkait dengan tingginya ketidakpastian ekonomi-politik yang terjadi di Eropa dan China. 

Kondisi tersebut secara langsung bakal mendongkrak permintaan emas dunia lantaran komoditas ini termasuk safe have bersama dengan dollar Amerika Serikat (AS). 
Data Bloomberg, Selasa (27/1) pukul 16.44 WIB menunjukkan, harga emas pengiriman Februari di Commodity Exchange kembali menguat 0,18% menjadi US$ 1,282 per troi ons. Harga emas saat ini sudah lebih tinggi dari estimasi rata-rata 2015 dari Goldman Sachs yang senilai US$ 1.262 per troi ons. 

Kenaikan harga emas secara global akan turut berimbas positif pada harga dinar. "Secara fundamental, pergerakkan harga dinar di dalam negeri selalu berjalan lurus dengan harga emas di pasar spot," kata Endy, Selasa (27/1). 
Berdasarkan situs www.geraidinar.com, Selasa (27/1) harga sekeping dinar (4,25 gram) senilai Rp 2.016.609. Endy memprediksi, harga sekeping dinar berpotensi terus naik hingga mencapai Rp 2,3 juta per keping di tahun ini. 

"Awal tahun seperti saat ini merupakan waktu yang tepat untuk beli karena harganya belum naik terlalu tinggi," jelas Endy. Harga dinar biasanya akan merangkak naik di masa libur sekolah di sekitar Juni-Juli atau di akhir tahun. 
Dinar juga bisa menjadi pilihan lantaran harga buyback yang lebih rendah dibandingkan emas batangan. 
Kemarin, harga buyback dinar menurut www.geraidinar.com senilai Rp 1.935.945. Bandingkan dengan harga buyback emas Antam yang senilai Rp 495.000 per gram. Harga dinar juga dinilai lebih sesuai dengan emas spot ketimbang emas batangan. "Harga dinar itu diperbarui empat kali sehari, sedangkan emas Antam hanya sekali sehari," ungkap Endy. 

Investasi di koin perak alias dirham juga sebenarnya terbilang positif di tahun ini. Endy mengungkapkan, harga dirham masih bisa menguat ke level Rp 70.000 per keping di 2015 ini. 
Mengutip www.geraidinar.com, harga sekeping dirham per Selasa (27/1) kemarin senilai Rp 63.419. Sementara harga buyback sekeping dirham tercatat senilai Rp 60.882. 

Sayangnya, permintaan dirham di dalam negeri tidak sebesar dinar. Hal ini mengakibatkan pergerakkan harga dirham kurang bersesuaian dengan harga perak di pasar global. 
"Karena peminatnya sedikit, produsen dirham membebankan biaya produksi yang mahal untuk sekeping dirham agar tidak rugi," jelas Endy. Harga produksi satu gram perak di luar negeri, kata Endy, sebenarnya berkisar Rp 9.000-Rp 11.000 saja. Namun, di tangan produsen Indonesia, biaya produksi satu gram perak bisa mencapai Rp 23.000. Secara umum, prospek perak di pasar spot global sendiri diprediksi masih stagnan.

Ibrahim, Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, komoditas perak masih kekurangan sentimen positif yang bisa mendongkrak harga. Perak maupun emas memang biasanya akan naik menjelang perayaan Imlek di pertengahan Februari mendatang. 
"Namun, selepas itu, harga perak akan kembali turun karena tidak ada lagi faktor yang bisa mendorong kenaikan," jelas Ibrahim. Di sisi lain, perak juga masih dibayangi sentimen negatif atas rencana Bank Sentral AS, The Fed, menaikkan suku bunga. 
Rencana ini, jika jadi dilakukan, bakal kian mendongkrak otot penguatan indeks dollar AS. Harga perak diprediksi akan jatuh lantaran investor akan lebih memilih menyimpan dana di dollar AS. 
Secara teknikal, harga perak diprediksi masih dalam tren bearish terutama dalam jangka menengah. Ini terlihat dari stochastic yang berada di area 70% negatif. Pun demikian dengan Relative Strength Index (RSI) yang di posisi 60% negatif. 
Tapi, dalam jangka pendek, harga perak berpeluang rebound lantaran indikator Moving Average Convergence-Divergence (MACD) berada di area 65% positif. Indikator bollinger dan Moving Average (MA) yang berada 40% di atas garis tengah bollinger juga menguatkan potensi rebound jangka pendek. 
Oleh karena itu, Ibrahim merekomendasikan beli perak di pekan ini dengan kisaran support US$ 17,639 dan resistance US$ 18,042. 
Disadur dari beberapa sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar